RADARSOLO.ID – Indonesia diperkirakan akan menghadapi bonus demografi pada 2045. Sebanyak 70 persen bonus demografi, didominasi masyarakat usia produktif antara 15-60 tahun. Pada konteks kependudukan, usia tersebut masuk fase kerja yang bisa menghasilkan banyak karya.
Namun di sisi lain, juga menuntut peran pemerintah untuk menyiapkan saluran pendidikan yang tepat. Terutama lapangan pekerjaan yang baik. Seperti diungkapkan Rektor Universitas Surakarta (Unsa) Astrid Widayani.
Menurut Astrid, pendidikan tidak hanya berperan menciptakan agent of change. Mengingat pemahaman pembelajaran setiap generasi berbeda. Maka pembelajaran juga harus menyesuaikan perkembangan dan kebutuhan zaman.
Memasuki masa bonus demografi, Indonesia dihadapkan dengan tantangan badai tsunami pengangguran. Terutama jika para generasi muda saat ini tidak dibina dengan baik.
“Kenyataanya, mayoritas tenaga kerja saat ini adalah lulusan SD. Sedangkan yang digadang-gadang menjadi sumber tenaga kerja, yakni lulusan SMK masih di urutan ketiga. Jadi ini tantangan bersama, untuk mencetak tenaga kerja terampil lewat pendidikan vokasi,” ucap Astrid yang juga anggota Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Surakarta tersebut.
Sebagai wadah pelatihan dan pendidikan vokasi dalam balutan magang kerja, Kadin membuat inovasi berupa Sistem Informasi Pasar Kerja Kadin Indonesia (Sipkadin). Berbentuk aplikasi yang bisa digunakan tenaga kerja vokasi untuk profiling. Sekaligus mencari pekerjaan maupun pelatihan. Sehingga Kadin juga berperan sebagai penyelarasan revitalisasi vokasi.
“Kami rasa kerja sama antarlembaga akan memudahkan penyelarasan kurikulum vokasi, yang saat ini bergerak sangat cepat. Tentunya nanti bisa meningkatkan kualitas lulusan (SMK),” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Kadin Surakarta Ferry Sephta Indrianto menyebut kunci menghadapi persaingan global dan bonus demografi, adalah perbaikan pada dunia pendidikan. Perguruan tinggi sebagai salah satu wadah tertinggi dalam dunia pendidikan, harus mampu bergerak dan bekerja dengan keserasian, kesesuaian, hingga kompatibel.
“Kami di industri juga harus bergerak cepat. Maka perlu penyelarasan untuk kurikulum vokasi. Sipkadin ini tidak hanya dipandang sebagai job portal. Tetapi juga menyediakan berbagai sudut pandang, sesuai asosiasi kompetensi yang ada. Bisa di-update secara real time,” bebernya. (ian/fer/dam)
**Artikel ini ditulis di Radarsolo.com dengan judul "Perbaikan Pendidikan Kunci Hadapi Bonus Demografi" - 8 March 2023 08:50 AM. Tanggung jawab penulisan dan hak cipta berada pada penulis dan surat kabar terkait. Website ini hanya memberitakan kembali.